AISINDO Menyambut Era Baru Akreditasi Pendidikan Tinggi dengan LAM INFOKOM 2.0

Surabaya, Indonesia – Agustus 2025 – Pendidikan tinggi di Indonesia memasuki fase baru dengan peluncuran LAM INFOKOM 2.0, sebuah reformasi besar dalam proses akreditasi program studi di bidang Teknologi Informasi (TI) dan Komunikasi. Inovasi ini bertujuan untuk menghadirkan pendekatan yang lebih terintegrasi, berbasis hasil, dan berfokus pada kualitas pendidikan yang lebih relevan serta dapat bersaing di tingkat global. Melalui sistem yang lebih fleksibel dan hasil-oriented, LAM INFOKOM 2.0 memberikan peluang bagi perguruan tinggi untuk beradaptasi dengan kebutuhan industri dan masyarakat yang terus berkembang.
LAM INFOKOM memperkenalkan sistem akreditasi yang mengubah pendekatan berbasis aturan (rule-based) menjadi sistem berbasis prinsip yang lebih fleksibel dan terfokus pada hasil yang dicapai oleh institusi dan program studi. Dengan penekanan pada Continuous Quality Improvement (CQI), sistem ini memberi ruang bagi perguruan tinggi untuk bertanggung jawab lebih besar terhadap kualitas pendidikan yang diberikan. Proses re-akreditasi program studi Informatika dan Komunikasi di Indonesia akan dimulai pada Batch 3 pada September 2025. Penilaian akan fokus pada berbagai indikator kinerja utama seperti relevansi kurikulum, kualitas penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan pencapaian lulusan. Pendekatan ini bertujuan agar perguruan tinggi tidak hanya memenuhi standar minimum, tetapi juga dapat berkompetisi di tingkat internasional.
Menurut Assoc. Prof. Tony Dwi Susanto, S.T., M.T., Ph.D (ITIL, COBIT, TOGAF), Presiden AISINDO, “Proses akreditasi berbasis hasil ini sangat penting karena akan membantu institusi pendidikan lebih fokus pada pencapaian hasil yang nyata, seperti kesuksesan mahasiswa dan dampak jangka panjang yang mereka berikan kepada masyarakat. Dengan menyelaraskan standar ini dengan kerangka internasional dan melibatkan umpan balik dari berbagai pemangku kepentingan, proses akreditasi yang baru ini akan memperkuat kualitas pendidikan tinggi Indonesia, khususnya di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi.”
Wahyudi Agustiono, S.Kom., M.Sc., Ph.D, narasumber yang terlibat dalam penyusunan kebijakan akreditasi ini, menambahkan, “Perubahan dalam proses akreditasi ini sangat positif karena tidak hanya mengukur pencapaian akademik, tetapi juga kualitas lulusan dan kontribusi nyata mereka terhadap masyarakat dan industri. Ini adalah langkah strategis yang sangat penting untuk memajukan pendidikan tinggi di Indonesia, agar lebih relevan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.”
Proses Akreditasi yang Lebih Komprehensif
Dalam sistem baru ini, perguruan tinggi diwajibkan untuk menyusun dan mengunggah dokumen lebih mendalam seperti LED (Laporan Evaluasi Diri) dan LKPS (Laporan Kinerja Program Studi), yang menunjukkan kepatuhan terhadap kriteria akreditasi yang telah ditetapkan. Penilaian akan meliputi pengembangan kurikulum, infrastruktur, pelaksanaan penelitian, serta pengelolaan program studi secara keseluruhan.
Fitur Utama LAM INFOKOM 2.0:
- Evaluasi Berfokus pada Hasil: Proses akreditasi yang berfokus pada pencapaian nyata dan dampaknya terhadap mahasiswa serta masyarakat.
- Pendekatan Berbasis Data: Menggunakan data kuantitatif dan indikator kinerja untuk menilai efektivitas penyampaian pendidikan secara lebih objektif.
- Model Peningkatan Berkelanjutan: Perguruan tinggi didorong untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dengan siklus tahunan evaluasi dan perbaikan.
- Benchmarking Internasional: Menyelaraskan proses akreditasi dengan standar internasional, mempersiapkan lulusan untuk berkompetisi secara global di bidang data analytics, pengembangan game, dan manajemen TI.
Dengan reformasi yang dibawa oleh LAM INFOKOM 2.0, Indonesia diharapkan dapat memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi di tingkat global. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, berbasis hasil, dan berorientasi pada kualitas, pendidikan tinggi Indonesia akan semakin relevan dan memberikan dampak positif langsung terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Transformasi ini juga membuka peluang besar bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan daya saing mereka di tingkat global serta beradaptasi dengan perubahan teknologi dan pasar kerja yang terus berkembang.